Debat Panas Pilkada DKI Jakarta 2024

BekasiBagus.com – Tiga pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta (dari kiri) Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto dan Pramono Anung-Rano Karno mengikuti debat pertama pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (6/10/2024).

Mereka adalah paslon nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO), paslon nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun) dan paslon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno. Ketiga paslon pun tampil kompak. Semuanya mengenakan dengan kemeja putih. Hanya aksennya saja yang berbeda.

Debat perdana pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 mengangkat tema penguatan SDM dan transformasi Jakarta menjadi Kota Global.

Debat perdana Pilgub Jakarta ini digelar tepat pukul 7 malam. Sejam sebelum acara, ketiga paslon sudah tiba di lokasi.

Tema debat perdana ini adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta transformasi Jakarta menjadi kota global. Di sesi pertama, ketiga paslon membacakan visi, misi, dan program yang mereka janjikan. Selanjutnya, mereka menjawab pertanyaan dari para panelis mengenai isu-isu seperti mengatasi kemacetan dan mengembangkan SDM.

Di sesi selanjutnya, antar paslon saling mengajukan pertanyaan. Tak ada debat panas. Meski begitu, ada juga saat paslon melayangkan sindiran halus terhadap kebijakan dan janji lawan. Meski demikian, suasana tetap cair, diwarnai tawa dan sorakan dari penonton.

Momen lucu itu muncul di sesi pertama saat para paslon memaparkan visi misi.

Pasangan RIDO membuka dan menutup visi misi mereka dengan pantun. Ridwan Kamil mengawali pemaparan dengan panjang lebar hingga menghabiskan waktu lebih dari tiga menit. Di ujung paparan, Kang Emil mempersilakan wakilnya untuk menutup paparan dengan pantun. Sayangnya, waktu tersisa kurang dari 20 detik.

Suswono buru-buru membacakan pantun. Namun pantun belum selesai, moderator sudah menyela. “Waktu habis, Pak,” kata moderator. “Aduh!!,” seru Suswono sambil tersenyum.

Disela moderator, Suswono dan Kang Emil hanya tertawa. Kang Emil buru-buru merangkul Suswono, membuat pendukungnya tertawa dan bersorak.

Gaya penyampaian visi dan misi Rano Karno lain lagi. Gayanya bicara mirip orang Betawi. Ceplas-ceplos, singkat gak bertele-tele. “Pokoknya gak ribet dah. Perubahan itu bisa kok tanpa harus bikin kepala puyeng. Pemerintah harusnya kayak teman yang asyik. Kalau ada yang ribet, kita beresin,” kata Rano, disambut tepuk tangan pendukungnya.

Dalam paparan visi dan misi, Pramono memperkenalkan Rano yang dikenal sebagai pemeran Si Doel Anak Sekolahan ini sebagai anak ideologi Benyamin Sueb, tokoh dan seniman asal Betawi.

Dilansir dari pasundanraya.id. Usai sesi pertama, para paslon kemudian ditanya panelis untuk mengatasi kemacetan Jakarta. Jawaban tiga paslon ini berbeda-beda. Ridwan Kamil menawarkan solusi dengan mengoptimalkan pergerakan MRT, LRT dan TransJakarta. Selain itu, Kang Emil juga menawarkan solusi kemacetan dengan river way. Kang Emil ingin memanfaatkan 13 sungai yang mengalir di Jakarta.

“Kita mungkin akan coba berinovasi membuat river way atau perahu melintasi 13 sungai di Jakarta. Solusi lain, membangun pusat-pusat pusat-pusat pertumbuhan dan work from home,” kata Emil.

Sementara itu, Pram mengungkapkan, solusi atasi kemacetan adalah Trans-Jabodetabek. Transportasi yang bisa menghubungkan Jakarta dengan wilayah aglomerasi di sekitarnya. Tujuannya agar makin berkurang orang bawa kendaraan pribadi ke Jakarta.

Pram menilai, untuk mewujudkan Trans-Jabodetabek, harus diatur dari ujungnya.

“Saya termasuk yang akan membebaskan 15 golongan yang sekarang ini sudah naik Busway gratis, maka mereka naik MRT dan LRT juga gratis. Baik itu dari Bekasi dari Tangerang Selatan dari Bogor dan dari manapun apabila fasilitas itu ada,” papar Pram.

Sementara Dharma Pongrekun menekankan pentingnya eksekusi. Kata dia, apa yang dipaparkan Ridwan Kamil dan Pram tidak salah. Namun, kata dia, yang diperlukan saat ini adalah eksekusi, bukan retorika dan angan-angan. Jangan sampai setelah selesai menjabat, program tersebut belum terlaksana.

“Semua menjadi percuma ketika hanya menjadi rencana tanpa eksekusi. Kita perlu segera eksekusi bukan lagi berdiskusi,” kata Dharma Pongrekun, dengan serius.

(Leon)

Post Comment

You May Have Missed